BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tanah Longsor
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris
disebut Landslide, adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau
keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai
berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air
tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir,
maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti
lereng dan keluar lereng.
B. Jenis - jenis Tanah Longsor
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni:
longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan
tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling
banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan
korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya
massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang
landai.
2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya
massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan
yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga
longsoran translasi blok batu.
4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah
besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas.
Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah
pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor
yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis
tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama
longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau
rumah miring ke bawah.
6. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika
massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada
kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya
terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di
beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di
sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
C. Gejala Umum Tanah Longsor
Gejala-gejala umum yang biasanya timbul
sebelum terjadinya bencana tanah longsor adalah :
Ø Munculnya
retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
Ø Biasanya terjadi
setelah hujan
Ø Munculnya mata
air baru secara tiba-tiba
Ø Tebing rapuh dan
kerikil mulai berjatuhan
D. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tanah Longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi
bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan
umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya
pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis
tanah batuan.
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai
pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering
yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam
jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah
hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian
yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim
hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan
air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat
menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan
terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila
ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan
diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
2. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan
memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air
sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan
longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya
mendatar.
3. Tanah yang
kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah
tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut
lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah
longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan
terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika
hawa terlalu panas.
4. Batuan yang
kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan
sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya
kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses
pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng
yang terjal.
5. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah
tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang
terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah
dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi
longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar
pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi
di daerah longsoran lama.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan
oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan.
Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah
menjadi retak.
7. Susut muka air
danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di
danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk
220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh
retakan.
8. Adanya beban
tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban
bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya
longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya
adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah
lembah.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air
sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan
sungai, tebing akan menjadi terjal.
10. Adanya material
timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan
pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah
timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli
yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah
yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
11. Bekas longsoran
lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan
setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal
atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama
memilki ciri :
Ø Adanya tebing
terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda
Ø Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur
Ø Daerah badan
longsor bagian atas umumnya relatif landai
Ø Dijumpai
longsoran kecil terutama pada tebing lembah
Ø Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekaslongsorankecil pada longsoran lama
Ø Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
Ø Longsoran lama
ini cukup luas.
12. Adanya bidang
diskontinuitas (bidang tidak sinambung)Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri
:
Ø Bidang
perlapisan batuan
Ø Bidang kontak
antara tanah penutup dengan batuan dasar
Ø Bidang kontak
antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat
Ø Bidang kontak
antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air
(kedap air).
Ø Bidang kontak
antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat
Ø Bidang-bidang
tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran
tanah longsor.
13. Penggundulan
hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah
yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah
pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah
untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor
apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar
120 orang lebih meninggal.